Kamu dan Pasanganmu adalah Couple Goals Itu
Realitas Keserasian dalam Pernikahan
Ada cerita tentang sepasang suami istri yang sudah menjalani tahun ke-50 pernikahan mereka tanpa pernah mengucapkan kata-kata sayang. Apakah mereka tidak saling cinta? Tentu saja mereka mencintai satu sama lain, hanya saja mereka memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikannya. Ini adalah bentuk keunikan dan kedewasaan dalam hubungan mereka.
Namun, apakah kita harus meniru mereka agar bisa bertahan dalam pernikahan selama 50 tahun? Tidak, tentu tidak. Setiap pasangan memiliki cerita uniknya sendiri, dan tidak ada panduan yang bisa digunakan dengan tepat untuk semua orang. Kita menikah dengan manusia yang memiliki perbedaan, dan itulah yang membuat setiap hubungan begitu kompleks.
Menjadi Diri Sendiri dan Menghargai Keunikan dalam Pernikahan
Terkadang, kita mengagumi pasangan "couple goals" yang tampak begitu sempurna di mata kita, bahkan bagaimana mereka berkonflik saja bisa kita kagumi. Ini adalah hal yang wajar, tetapi kekeliruan terjadi jika kita mulai membandingkannya dengan pasangan kita lalu mengeluh, "dia tidak bisa seperti itu."
Ada ungkapan yang aku suka dari Mbak Ellen Kristi dalam buku Cinta yang Berpikir :
"Para ibu dan ayah paling hebat sekalipun, tepatnya yang kita kagumi dan anggap hebat, punya kloset privat yang berisi berbagai kelemahan pribadi. Mereka menyadari itu, bergumul untuk membersihkan kotoran masing-masing, tetapi kita berdiri terlalu jauh untuk melihatnya. Belajarlah dari mereka, tapi tak perlu secara obsesif membandingkan diri sampai kita merasa depresi dan terintimidasi.”
Meskipun ungkapan ini ditujukan untuk orang tua dalam mengasuh anak, aku pikir ini relevan dalam banyak aspek, termasuk peran sebagai sepasang suami dan istri. Tidak ada masalah jika kita mengagumi pasangan yang menjadi panutan di luar sana, tetapi kita tidak perlu membandingkan mereka dengan diri dan pasangan kita. Cukuplah kita belajar dari mereka, dan percayalah, kamu dan pasanganmu memiliki kisah yang sama istimewanya.
Kita tidak perlu menjadikan diri kita serupa dengan siapapun, dan pasangan kita juga tidak perlu menjadi seperti pasangan orang lain. Bagian termudah sekaligus bagian tersulit memang menjadi diri sendiri. Mudah karena kita hanya perlu menerima diri apa adanya, tapi juga sulit karena kita tidak terbiasa melakukannya. Terkadang, yang perlu kita lakukan hanyalah menghargai bahwa kita semua istimewa dengan cerita hidup masing-masing.
Untukmu yang sedang belajar, bersabar, berjuang, bersyukur, menerima, mengikhlaskan, semoga Allah senantiasa membimbingmu menuju kebaikan. Selamat menikmati perjalanan pernikahan. Mungkin tidak selalu indah, tapi pasti selalu istimewa.
Komentar
Posting Komentar