Menemukan Hobi, Menemukan Diri

"Apa hobimu?”

Pertanyaan sederhana yang sering bikin aku bengong. Kadang terdiam cukup lama, lalu menjawab dengan ragu, “Hmm… aku suka nulis sih. Tapi belum rutin.” Atau, “Ya suka baca juga, tapi akhir-akhir ini jarang.”

Sebenarnya, ini bukan soal nggak punya hobi. Tapi lebih ke bingung: apa yang bisa disebut hobi, dan apa yang cuma aktivitas biasa? Apalagi kalau aktivitas itu nggak berpotensi menghasilkan uang, atau bahkan dilakukan sambil rebahan. Apakah itu masih bisa disebut hobi?

Lalu pertanyaan berikutnya muncul: Bukankah harusnya hobi itu produktif?

Nah, sebelum melanjutkan, aku jadi penasaran untuk intip dulu makna kata “produktif” menurut KBBI. Ternyata cukup menarik. Produktif: memberi hasil, manfaat, dan sebagainya.

Ternyata definisinya tidak sesempit yang selama ini seringkali jadi standar sosial. Tidak ada kata “uang”, tidak juga “karya besar”, apalagi “harus terlihat orang lain.” Justru KBBI memberi ruang pada hasil, manfaat, dan sebagainya, yang bisa dieksplorasi dalam banyak bentuk. 

Kalau begitu, merawat tanaman bisa produktif. Menulis catatan harian bisa produktif. Bahkan ngobrol yang bikin hati lebih lapang dan pikiran lebih jernih juga bisa disebut produktif.

Mungkin yang sempit itu bukan definisinya, tapi kacamata kita dalam menafsirkan kata “produktif” itu sendiri. Kita sering terjebak dalam standar yang diam-diam kita warisi:

Produktif = sibuk. Produktif = menghasilkan uang. Produktif = punya karya yang bisa diperlihatkan.

Padahal, dalam psikologi positif—yang kupelajari sekilas dari buku dan diskusi—produktivitas juga berarti keterlibatan penuh dalam sesuatu yang bermakna. Bahkan kalau hasilnya cuma: “aku jadi lebih mengenal diriku sendiri.”

---

Beberapa waktu terakhir, aku mulai sadar, bahwa aku suka deeptalk dan refleksi. Aku suka menulis untuk mengurai isi kepala. Aku suka nonton video edukatif atau inspiratif, lalu menuliskannya dalam bentuk ide-ide kecil.

Dan ternyata... semua itu bisa jadi hobi.

Hobi yang bukan sekadar hiburan, tapi juga menyisakan jejak di dalam diri. Hobi yang mungkin nggak menghasilkan uang, tapi menghasilkan pertumbuhan.

---

Jadi, bagaimana cara menemukan hobi?

Mungkin bukan dengan menjawab pertanyaan “Apa hobimu?” Tapi mulai dengan bertanya:

  • Apa yang membuatku lupa waktu?
  • Apa yang membuatku merasa hidup?
  • Apa yang kulakukan tanpa merasa dipaksa, tapi setelahnya hatiku terasa penuh?

Jawaban-jawaban itu bisa jadi petunjuk awal. Dan dari situ, kita bisa memulai eksperimen kecil. Bukan untuk buru-buru ahli, tapi untuk mengenal dan menikmati proses.

Dan yang paling penting:

Berhenti menilai produktif itu hanya dari hasil yang bisa dilihat orang lain. Karena terkadang, pertumbuhan terbaik terjadi diam-diam—di dalam diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zona 7 Day 1 Cinta Bumi: Membuat Tabel Aktivitas Cinta Bumi

Rasa yang Menghidupkan Sujud

Zona 3 Day 2 : Brainstorming Aktivitas Stimulasi Anak 3-6 Tahun