Menanti Persalinan
Para dokter mengatakan bahwa berat badan janinku sangat kurang dari yang semestinya. Belum lagi kondisi plasenta yang mulai pengapuran, air ketuban yang mulai keruh, kepala yang tak kunjung turun, kontraksi yang belum muncul, dan tentu saja ditambah dengan resiko persalinan SC pertamaku.
Para nakes itu khawatir. Secara manusiawi, aku ikut khawatir. Tapi setelah aku renungkan lagi, bukankah kehamilan ini adalah karunia? Kehamilan ini adalah sebuah hadiah istimewa dari-Mu yang pasti terbaik dan terindah yang sepantasnya aku terima tanpa tapi.
Jika pun yang disampaikan para nakes itu benar, maka sudah sepatutnya aku terima segala kondisi itu. Aku hanya meyakini bahwa rencana-Mu pastilah yang terbaik. Aku hanya belum tahu saja hikmahnya, tapi nanti aku akan mensyukuri itu. Pasti, selalu begitu.
Kini...
Aku serahkan pada-Mu yang Mahatahu, bagaimana keadaan janin dalam rahimku, kapan ia akan lahir, dimana ia akan dilahirkan, bagaimana ia dilahirkan, dan siapa yang akan menjadi perantara penolong persalinanku. Jika pun tidak ada seorang nakes yang mengatakan siap menolong persalinanku, tak apa, selama aku masih punya Engkau, Al-Waliyy yang Maha Melindungi, yang Maha Penolong dan tidak akan pernah meninggalkanku.
Bagianku adalah mempersiapkan jawaban "mengapa?" jika kelak di akhirat aku ditanya. Sebab ini bukan sekadar memperjuangkan persalinan normal, tapi ini adalah tentang mendidik janin dalam rahimku yang Engkau titipkan, bahwa ketauhidan adalah yang pertama dan utama sebelum segalanya.
Nak... Bismillah. Mama percaya, Allah yang Maha Menjaga akan menjagamu dengan penjagaan terbaikNya. Insya Allah, Mama selalu berdoa, kita akan bertemu di waktu yang tepat, saat kita semua dalam keadaan paling siap. Mama akan tetap ikhtiar sekuat yang Mama mampu sampai pertemuan itu tiba.
Semoga pertemuan kita nanti menjadi pengokoh keimanan Mama dan Ayah, dan menyuntikkan keimanan dalam jiwamu. Selamat bertemu sebentar lagi, Nak.
Komentar
Posting Komentar