2VBAC Part 2 - Perjalanan Kehamilan Ketiga

Cerita Sebelumnya: 2VBAC Part 1 - Ketika Allah Titipkan Amanah Baru


Kehamilan ketiga ini, aku baru memeriksakan kehamilan di usia kandungan 9 minggu. Sementara itu, pada usia 4-9 minggu awal, aku hanya mengonsumsi asam folat dan vitamin lainnya secara mandiri.



Aku melakukan USG pertama kali di usia kandungan 11 minggu. Alhamdulillah, kondisiku dan janin dalam keadaan sehat. Hemoglobinku (HB) di trimester pertama juga 12,3, alhamdulillah aman. Namun, tantangan yang berbeda pada kehamilan ketiga ini adalah mual yang berlangsung cukup lama hingga pertengahan trimester kedua, disertai muntah yang cukup sering.


Di usia kandungan 17 minggu, aku mengalami perdarahan. Bidan menyarankan untuk bedrest selama tiga hari dan melakukan USG ulang jika perdarahan berlanjut. Realitanya, dengan dua balita di rumah, sulit bagiku untuk benar-benar bedrest. Namun, alhamdulillah perdarahan hanya terjadi hari itu saja.


Pada usia kandungan 20 minggu, aku kembali USG. Qadarallah, sama seperti dua kehamilan sebelumnya, aku didiagnosis plasenta previa. Kali ini, plasenta bahkan menutupi seluruh jalan lahir.


Aku mendapatkan rujukan dari puskesmas untuk USG ulang pada usia kandungan 24 minggu. Alhamdulillah, posisi plasenta sudah di anterior dan tidak lagi di bawah. Air ketuban cukup, meskipun berat badan janin (BBJ) sedikit di bawah rata-rata. Aku tidak terlalu khawatir karena pengalaman sebelumnya, BBJ Hikari juga selalu dinilai kurang. Bahkan H-4 sebelum lahir, BBJ-nya hanya 2,7 kg, tetapi saat lahir beratnya mencapai 3,1 kg tanpa aku treat asupan tambahan.


Dokter meminta untuk kembali USG pada usia 32 minggu, dan hasilnya BBJ masih kurang 100 gram. Dokter khawatir aku terlalu lelah sehingga nutrisi yang aku konsumsi lebih banyak digunakan untuk energi, bukan untuk bayi. Aku diminta melakukan NST. Alhamdulillah, hasilnya menunjukkan kondisi janin sejahtera, sehingga aku pulang dengan tenang.


Pada usia kandungan 36 minggu, aku memanfaatkan fasilitas BPJS untuk USG trimester ketiga. Kali ini, aku mencoba provider yang berbeda. Alhamdulillah, semuanya dalam kondisi baik. Meski BBJ masih sedikit di bawah rata-rata, dokter tidak mempermasalahkan karena masih dalam batas normal. Setelah pemeriksaan, RS memberikan fasilitas dua kali USG gratis di trimester ketiga. Masya Allah, alhamdulillah, rezeki sekali! Adik bayi bisa USG gratis empat kali (mamak hemat mode on).


Pada usia kandungan 37 minggu, aku memeriksakan diri ke bidan Amel. Kesan pertamaku, bidan Amel sangat humble, masya Allah. Beliau informatif, suportif, dan benar-benar membuatku nyaman. Rasanya seperti menemukan harta karun di Rancaekek: ada bidan gentle birth! Sebelum pulang, aku bahkan mendapatkan pelukan hangat darinya. Aaah, langsung sayang! Baru kali ini aku dipeluk bidan.


Memasuki usia kandungan 38 minggu, ujian kembali datang. Qadarallah, hasil USG menunjukkan plasenta sudah mulai mengalami pengapuran, air ketuban keruh, belum ada kontraksi, kepala bayi belum masuk panggul, dan mulut rahim masih tebal. Dokter menyarankan agar tidak menunggu hingga HPL. Beliau berkata, "Kalau bisa, 39 minggu sudah lahir."


Deg! Aku langsung terpikir, "Bagaimana caranya membuat bayi lahir? Bagaimana kalau 39 minggu belum ada kontraksi? Bagaimana kalau harus menunggu hingga 40 minggu seperti Hikari? Tapi kalau menunggu, bagaimana kondisi bayinya?"


Overthinking mode on. Aku harus apa?


Bersambung ke 2VBAC Part 3 - Menunggu dengan Cinta: Cerita 40 Minggu Kehamilan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zona 7 Day 1 Cinta Bumi: Membuat Tabel Aktivitas Cinta Bumi

Zona 4 Day 1 Melatih Kemandirian dalam Rutinitas Pagi

Rasa yang Menghidupkan Sujud