2VBAC Part 7 - Menjelang Detik-Detik Persalinan

Cerita Sebelumnya: 2VBAC Part 6 - Menuju Persalinan


Begitu mendengar bahwa sudah bukaan 6, aku merasa lega. Ini berarti tubuhku merespons dengan baik, dan bayiku semakin mendekati dunia. Setelah menunggu berjam-jam dengan rasa tidak menentu, akhirnya aku tahu bahwa aku semakin dekat dengan pertemuan yang aku nantikan.


Aku terus berusaha rileks dan menerima setiap gelombang kontraksi dengan lebih pasrah. Rasanya luar biasa, seperti ombak yang datang berulang-ulang, tapi ada kebahagiaan di dalamnya. Aku tahu, setiap rasa sakit ini membawa bayiku lebih dekat ke pelukanku. Aku mencoba untuk tidak melawan, mengikuti alurnya, dan mempercayai bahwa tubuhku tahu apa yang harus dilakukan.


Bidan Amel bilang, kalau ada rasa ingin mengejan boleh, tapi pelan-pelan. Aku mengangguk, mencoba fokus menikmati rasa kontraksi dan mengikuti insting tubuhku.


Saat pembukaan 7, TUS! Ketuban pecah dan menyembur. Sensasi itu terasa aneh, hangat, dan lega sekaligus. Bidan Amel langsung mengecek, lalu berkata, "Ketubannya pecah sendiri ya Teh, alhamdulillah jernih Teh..."


Alhamdulillah, ya Allah. Rasanya terharu sekali mengingat pekan-pekan terakhir di mana aku sempat khawatir dengan kondisi air ketuban. Aku ingat bagaimana aku sering bertanya-tanya, apakah air ketubanku cukup, apakah bayiku baik-baik saja di dalam sana? Kini, Allah menjawab dengan cara-Nya sendiri.


Bidan Amel meminta izin untuk kembali melakukan pemeriksaan dalam. Aku mengangguk, meski ada sedikit rasa tidak nyaman. Lalu, beliau tersenyum, “Alhamdulillah, sudah bukaan 9!”


Aku kaget sekaligus terharu. Dari bukaan 3 ke bukaan 9 dalam waktu satu jam lebih? Masya Allah, ini benar-benar pertolongan Allah!


Di tengah proses ini, tiba-tiba ponsel bidan Amel berdering. Aku yang sedang berusaha fokus langsung menyadari sesuatu—itu pasti dari rumah sakit!


Bidan Amel mengangkat telepon sambil tetap mengawasi keadaanku. Dari nada bicaranya, aku bisa menangkap bahwa rumah sakit baru bisa menerima rujukanku sekarang.


Namun, setelah memeriksa kembali kondisiku, bidan Amel memberi tahu pihak rumah sakit, “Pasien sudah pembukaan lengkap, kepala bayi sudah crowning. Butuh ditangani segera.”


Suami yang berada di sampingku menggenggam tanganku semakin erat. Aku bisa melihat wajahnya yang penuh harap. Kami saling menatap. Hatiku semakin mantap. Inilah saatnya, bismillah.


Aku menarik napas panjang, bersiap untuk menghadapi detik-detik paling menegangkan (lagi) dalam hidupku.


Bersambung ke 2VBAC Part 8 - Momen Penuh Keajaiban


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zona 7 Day 1 Cinta Bumi: Membuat Tabel Aktivitas Cinta Bumi

Zona 4 Day 1 Melatih Kemandirian dalam Rutinitas Pagi

Rasa yang Menghidupkan Sujud