Sebuah Refleksi tentang Misi Hidup

Setelah refleksi tentang manajemen waktu dan ikhlas yang lalu, aku merasa lebih ringan. Tapi ada satu pertanyaan yang masih tersisa di pikiranku: Kenapa aku masih merasa belum penuh?


Lalu, Allah kembali memberikan jawaban atas keresahan ini lewat akun @quranreview yang membagikan e-book Secure Your Heart. Awalnya aku tidak berekspektasi apa-apa, tapi isinya langsung menohok—tentang insecurity, tentang bagaimana Al-Quran memandangnya, dan tentang cara membuat hati kita merasa aman.


Aku belum selesai membaca, tapi di halaman-halaman awal menjawab keresahanku tentang tujuan hidup, tujuan penciptaan.


Salah satu keresahanku adalah: Aku ingin tetap menjadi ibu rumah tangga, tapi juga ingin bermanfaat di luar. Namun dengan kondisi sekarang, aku sering merasa overwhelmed. Padahal, kalau dipikir-pikir, aku bukan sekadar "diam di rumah". Aku punya beberapa aktivitas dan kesibukan lain. Lalu, kenapa aku masih juga merasa ada yang kosong?


Gemini bertanya balik:

"Apa tujuan hidupmu? Kapan terakhir kali kamu merasa penuh?"


Jawabanku hanya satu: Saat aku dekat dengan Allah.


Hanya itu. Saat aku merasa dekat dengan-Nya, rasanya semua cukup. Aku tenang. Karena tujuan hidupku adalah menggapai ridha Allah.


Harusnya clear, kan?


Tapi pikiranku justru sering ribet sendiri. Aku sibuk mencari-cari "misi hidup" yang sering disalah-artikan sebagai sesuatu yang harusnya bersifat kontributif secara langsung bagi dunia. Pernah seorang teman bertanya, "Kenapa nggak melamar jadi guru di sekolah depan rumah?"


Saat itu aku menjawab, "karena tujuan aku bukan untuk jadi guru disana. Tujuan (misi) hidup aku sekarang ya jadi ibu buat anak-anak."


Lalu temanku bilang, "iya itu kan buat mereka, itu peran kamu sebagai ibu. Kalau peran kamu sebagai perempuan?"

"Ya ini juga..." jawabku.


Aku yang tadinya sudah sangat berdamai dengan misi hidupku yang aku pikir sudah aku temukan, tiba-tiba dilanda keresahan lagi. Tapi hari ini, Allah berikan ketenangan lagi dengan sebuah kesadaran.


Bahwa misi hidup itu personal. Tidak ada satu rumus yang berlaku untuk semua orang.


Ada yang menemukan misinya di luar peran keibuan, dan itu baik. Tapi ada juga yang memilih peran istri, ibu, dan perempuan menjadi satu kesatuan misi hidupnya. Dan itu juga tidak salah.


Misi hidup adalah perjalanan panjang. Ia bisa berkembang, berubah, dan beradaptasi. Menemukan misi hidup adalah perjalanan pribadi yang membutuhkan keberanian untuk menerima panggilan jiwa. Yang terpenting adalah kita merasa damai dan tenang dengan pilihan hidup kita. Sebab apapun itu, misi hidup adalah segala sesuatu yang memberikan makna dalam hidup itu sendiri.


Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk menemukan kedamaian, dan itu adalah bagian dari perjalanan yang indah. Menerima diri sendiri, menerima misi hidup kita, dan menjalani hidup dengan penuh syukur, itulah yang pada akhirnya membawa kita pada ketenangan yang kita cari.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zona 7 Day 1 Cinta Bumi: Membuat Tabel Aktivitas Cinta Bumi

Zona 4 Day 1 Melatih Kemandirian dalam Rutinitas Pagi

Rasa yang Menghidupkan Sujud