2VBAC Part 8 - Momen Penuh Keajaiban



B
egitu telepon dari RS ditutup, bidan Amel dan bidan partner yang menemani langsung sigap mengambil posisi untuk menangkap bayi.

Saat prosesnya, bayi agak sulit keluar. Bidan partner sempat khawatir ada lilitan tali pusat, tetapi aku menyampaikan bahwa dari pemeriksaan terakhir tidak ditemukan lilitan.


Dorongan alami untuk mengejan mulai terasa semakin kuat, dan di setiap tarikan napas, bidan Amel selalu mengingatkan untuk mengucap basmalah. "Bismillahirrahmanirrahim," ucapku dengan penuh keyakinan, mengumpulkan tenaga yang tersisa. Saat itulah, bidan Amel memberi arahan dengan lembut tapi tegas. "Teh, kalau mau ngejan, jangan angkat pant*t, ya. Dorong ke bawah, lawan tangan aku."


Aku berusaha mengikuti arahan itu. Selama ini sering mendengar anjuran 'jangan angkat pant*t saat melahirkan', tapi baru kali ini aku benar-benar merasakan perbedaannya—ternyata teknik ini memang membuat dorongan lebih efektif.


Mengejan kali ini terasa jauh lebih berat dibandingkan persalinan sebelumnya. Aku mengerahkan seluruh tenaga yang aku punya. Benar-benar aku hanya bisa memohon pertolongan Allah. Bidan Amel terus mengingatkan untuk jaga doa. "Laa ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minazzhalimin... Laa ilaha illallah. Allahu Akbar. Laa haula wa laa quwwata illa billah..."


Dengan satu kali dorongan terakhir penuh keyakinan, pukul 08.03 WIB, lahirlah bayi kecil yang kami tunggu-tunggu. Begitu dia keluar, kami langsung menyambutnya dengan tahlil, La ilaha illallah. Terus menerus, terus menerus. Aku merasakan kekuasaan-Nya begitu dekat, begitu nyata.


Suamiku menitikkan air mata haru. Aku juga. Rasa sakit yang tadi begitu hebat langsung tergantikan oleh rasa syukur yang meluap-luap.


Bidan Amel segera meletakkan bayi mungil itu di dadaku. Kulitnya masih basah, tubuhnya terasa hangat, dan tangannya yang kecil bergerak perlahan.

Masya Allah, alhamdulillah... 😭


Sambil menunggu melahirkan plasenta, Bidan Amel cerita, bahwa tadi bayi lahir seperti kura-kura, kepalanya tidak berotasi ke arah atas seperti bayi pada umumnya. Jadi, ia lahir dengan posisi menghadap punggungku secara penuh hingga seluruh tubuhnya keluar. Masya Allah, mungkin inilah yang membuatnya terasa lebih berat saat mengejan tadi.


Begitu lahir dan mau inisiasi menyusu dini, ternyata tubuh Hurriyyah hanya bisa sampai perutku saja. Satu lagi tanya yang terjawab, ternyata bukan lilitan tali pusat yang membuatnya agak sulit keluar, melainkan tali pusatnya yang pendek.


Aku terkejut sekaligus takjub. Subhanallah, begitu banyak keajaiban dalam kelahiran ini. Masya Allah, kuasa Allah yang Maha Menjaga.


Momen Pertama Bersama Hurriyyah


Saat bayi mulai IMD, aku merasakan ikatan yang luar biasa kuat. Ini adalah momen yang selalu kunanti—merasakan kulitnya yang lembut, mencium aroma khas bayi yang baru lahir, dan menyadari bahwa aku baru saja melahirkan seorang manusia kecil ke dunia.




Suami mencium keningku dan mencium anak ketiga kami. Aku tersenyum, meski masih dengan mata yang basah oleh air mata haru.


Sebuah Awal Baru


Persalinan ini mengajarkanku banyak hal—tentang pasrah, tentang menerima rasa sakit dengan tenang, tentang betapa luar biasanya tubuh seorang ibu.

Hurriyah lahir di waktu yang indah, penuh cinta, dan dalam kondisi sehat. Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku untuk bisa melahirkan dengan nyaman dan penuh ketenangan.


Sekarang, perjalanan baru sebagai ibu tiga anak dimulai. Aku tahu, akan lebih banyak tantangan, tetapi juga akan lebih banyak kebahagiaan. Dan yang terpenting, aku tidak sendiri. Aku memiliki suami yang selalu mendukung, dua anakku yang siap menjadi kakak dan menyambut adik mereka dengan cinta, dan tentu saja, pertolongan Allah yang selalu ada di setiap langkah.


Nak, kelahiranmu mengajarkanku bahwa setiap detik dalam perjalanan ini adalah tentang keajaiban dan pertolongan-Nya.


Selamat datang di dunia, Hurriyyah Afra. Kami mencintaimu sejak sebelum kau lahir, dan akan terus mencintaimu selamanya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zona 7 Day 1 Cinta Bumi: Membuat Tabel Aktivitas Cinta Bumi

Zona 4 Day 1 Melatih Kemandirian dalam Rutinitas Pagi

Rasa yang Menghidupkan Sujud