Melatih Komunikasi Produktif #2 bersama Anak #JurnalBunsay
Bismillahirrahmanirrahim...
Memasuki tantangan hari ke-2 Komunikasi Produktif tentang Cara Memberikan Feedback. Hari ini kawan bicaraku secara tatap muka adalah suamiku, kedua anakku, bapak mertuaku, dan seorang temanku. Aku juga berkomunikasi dengan teman-temanku secara online.
Tapi aku akan menulis jurnal kali ini masih tentang komunikasi produktif bersama anakku. Sebab sepertinya komunikasi bersama yang lainnya masih tahap komunikasi efektif saja.
Hari ini beberapa paket kebutuhan sekolah Hauna --anak pertamaku yang berusia 5,5 tahun- datang. Meski yang akan bersekolah baru Hauna, tapi aku juga membelikan beberapa perlengkapan pribadi yang sama untuk adiknya -- Hikari, yang berusia 3,5 tahun-, seperti tas, tempat pensil, misting, sepatu, dan kaus kaki.
Ketika paket tas Hikari datang, ia buru-buru mengambil dan membukanya. Tampak sekali sumringah, dia mengatakan bahwa dia sangat suka tasnya. "Wah, Hikari suka banget ini, lembuuut. Hikari suka yang lembut-lembut, kayak kucing."
Feedback yang aku berikan adalah menanyakan perasaannya, menggali tentang apa yang dia sukai, dan mendengarkan celotehannya dengan antusias.
"Hikari seneng punya tas baru?"
"Hikari suka gambar kumbang?"
"Kenapa Hikari suka tas gambar kumbang?"
"Karena Hikari mau terbang nanti sama kumbang."
"Waaah, gimana tuh cara terbang sama kumbangnya?
Lalu dia mempraktekkan seolah-olah kumbang terbang dan dia dibawa terbang oleh kumbang.
"Ih seru banget, nanti Hikari bisa terbang ke bunga-bunga di taman."
Yang menurutku sudah baik dari feedback yang aku berikan adalah berbicara sesuai dengan usianya, yaitu dengan menyelami dunia imajinasinya, mendengarkan dan berbicara dengan mimik wajah yang antusias dan penuh ekspresi.
Sementara dengan Kakak Hauna, pembicaraannya lain tema lagi. Dia sudah tidak terlalu banyak khayalan, lebih sering menanyakan nilai-norma. Contohnya, Sabtu kami akan pergi menemani Ayah bermain futsal. Kemarin Hauna menanyakan, "Nanti Ayah pasti menang ya Ma?"
"Belum tentu juga. Bisa jadi menang, bisa jadi kalah. Tapi gapapa. Main bola kan bukan buat menang, tapi buat olahraga dan belajar dari main bola."
Nah, hari ini Hauna mengingat jawabanku kemarin. Katanya kepada adiknya, "Hikari, besok kita semangatin Ayah. Kalau Ayah menang, horeeee. Kalau Ayah gak menang, gapapa, yeeeey selamat yaa temen Ayah. Gitu Li, masa orang menang kita gak seneng. Jadi gapapa, siapa aja yang menang kita selamatin."
Masya Allah... Bahagia rasanya ketika dia bisa menyerap value sportivitas dan saling menghargai dari obrolan ringan sehari-hari.
Insight yang aku dapatkan hari ini adalah penting untuk sungguh-sungguh menjawab pertanyaan anak, sebab mereka benar-benar merekam jawaban kita dan bisa jadi jawaban-jawaban kita itulah yang membentuk value sepanjang hidupnya.
#sinergiwujudkanaksi
#ibuprofesional
#IP4ID2024
#bunsayIIP
#bunsaybatch9
#institutibuprofesional
#komunikasiproduktif
#zona2
#TantanganHarike2
Komentar
Posting Komentar